Cari Blog Ini

Minggu, 06 September 2015

BELAJAR SYUKUR

Minggu, 06 September 2015
Cipondoh, Tangerang – Banten

Eko Dody Nugroho, S.Pd



Assalamu’alaikum warhamatullah wabarakatuh
            Alhamdulillah. Segala puji bagi Alloh, shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah SAW, beserta keluarga, sahabat, dan orang-orang yang mengikuti beliau hingga hari akhir.
            Awal September 2015 di kesunyian malam Kota Tangerang Alloh mudahkan saya untuk mengedit tulisan-tulisan ini. Sambil berdo’a agar tulisan ini bisa banyak mengingatkan diri saya, dan sebanyak-banyaknya orang, untuk mengingat Alloh, banyak bersyukur. Aamiin.
            Mudah-mudahan semuanya manfaat. Aamiin. Semoga pula kita, orang-orang tua kita, anak-nak keturunan kita, saudara-saudara kita, dan segenap orang-orang yang beriman... Semua diampunkan Alloh; semua disehatkan Alloh; Dimenangkan di setiap pertempuran terbuka dengan kuffar dan syayaathiin, atau bahkan dengan syahwat diri sendiri; dibukakan banyak jalan rizki yang luas, yang halal, yang barokah; dijadikan saleh salehah diri kita dan anak keturunan kita; panjang-panjang umurnya dalam kebaikan, kesalehan, ketaatan, kesehatan; istiqomah di urusan-urusan yang sunnah dan bener di urusan yang wajibny; cinta sama bangun malam, berjamaah dan baca Al Qur’an; Hidup mulia dengan hanya bergantung sama Alloh saja; baik diurusan rizki, masalah hidup, hajat hidup, penyakit, dan urusan-urusan dunia; bahwa yang kita lakukan sebagai ikhtiar dunia, adalah sebagai ibadah kepada Alloh saja, bukan sebagai tujuan. Termasuk diurusan hasilnya. Aamiin.
            Disetiap waktu, kita sebagai manusia mestilah menjadi hamba-Nya yang bersyukur. Bernafas saja sudah Alhamdulillah.. Apalagi ditambah dengan nikmat yang lainnya. Subhaanallaah, sungguh sangat banyak nikmat Alloh. Sayang sungguh sayang kita tidak pandai bersyukur akan nikmat-nikmat Alloh tersebut. Kita sebagai manusia tidak akan sanggup mengukur nikmat Alloh. Ilustrasinya begini, suatu ketika kita berada di tengah laut lepas, sejauh mata memandang hanya air laut yang kita lihat. Lalu kita celupkan jari telunjuk kita di laut tersebut, kemudian kita angkat jari kita. Apa yang terjadi? Tentunya air menetes dari jari telunjuk kita bukan?? Itu lah manusia beserta kemampuannya. Sisanya?? Milik Alloh. Apakah kita bisa menghitung lautnya Alloh?? Subhaanallaah.
            Sekecil apapun nikmat yang kita peroleh itu adalah kasih sayang dari Alloh. Seberapa kuat mata ini melek tanpa berkedip? Itu baru berkedip. Belum matanya, belum mulutnya, belum hidung, telinga, tangan, kaki dan masih banyak lagi nikmat Alloh. Kurang bersyukur gimana? Kita bisa menghirup oksigen secara gratis gak perlu rebutan. Pernahkah kita terbayang orang yang dalam sakitnya harus membeli bertabung-tabung oksigen untuk bernafas. Semoga Alloh memberikan kesehatan bagi seluruh orang-orang yang beriman dari sakitnya. Aamiin.

            “Kami akan memberi perhatian sepenuhnya kepadamu wahai (golongan) manusia
dan  jin!”
“ Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”
(QS. Ar-Rahman, 55 : 31-32)
           
            Kita sehat sudah sangat bersyukur banget. Coba kita lihat orang-orang disekitar kita yang sedang terbaring sakit. Entah  ringan ataupun berat, apapun itu yang namanya sakit pasti gak enak rasanya. Kita bisa buang air kecil dan air besar dengan lancar  itu juga merupakan nikmat yang luar biasa dari Alloh. Seandainya saudara berada di dalam angkutan umum sedang menuju ke kantor atau tempat kerja, jarak antara angkutan umum ke kantor masih jauh, tiba-tiba anda kebelet pengen buang air kecil. Bagaiman rasanya? Sementara saudara harus menahan buang air kecil, jalanan pun macet. Duhh gak kebayang deh...
Sampai di kantor, saudara langsung bergegas menuju kamar mandi/toilet. Sampai toilet setelah buka celana, air seni saudara gak bisa keluar. Entah itu kencing batu atau apa? Sekujur tubuh pun merasakan sakitnya yang luar biasa. Ketika keluar ternyata meneteslah darah. Ya Alloh... saudara dibawa kerumah sakit, lalu divonis satu penyakit. Kemungkinan kanker prostat. Nah, gimana tuh?
            Benar-benar kita memang manusia yang tidak pandai bersyukur. “Hanya” untuk shalat 2 rakaat saja, kita sudah pelitnya minta ampun. Rasanya kalau kita “bayar” kenikmatan dari Alloh dengan dhuha 2 rakaat saja pasti akan terasa begitu pelitnya kita. Setiap hari kita punya “hutang” dua rakaat dhuha sama Alloh. Hutang karena kita pakai badan dan karunia-karunia pemberian Alloh. Yang namanya hutang, ya ditagih. Ada yang langsung ditagih, ada yang entar-entaran ditagihnya. Tapi ya pasti ditagih.
            Terkadang kita yang bekerja atau kita yang sudah mempunyai usaha masih saja mengeluh. Entah tentang gaji atau pendapatan sehari-hari dari usaha yang kita lakukan. Padahal kalau kita lihat disekitar kita, masih banyak orang yang menganggur yang tidak memiliki usaha dan tidak memiliki penghasilan. Coba bayangkan kita yang begitu, sementara kita harus mencari nafkah untuk diri kita dan keluarga. Subhaanallaah, mastaghfirullah. Mudah-mudahan Alloh mengampuni dosa kita.
            Bicara soal kenikmatan tentunya bicara tentang cara bersyukur. Ketika kita bersyukur akan segala nikmat yang telah diberikan Alloh kepada kita maka niscaya Alloh akan menambahkan dengan nikmat-nikmat yang lainnya. Begini ilustrasinya; saudara orang tua yang memiliki anak usia sekolah dasar. Saudara sudah penuhi kebutuhannya dari alat tulis sampai akomodasi yang memang sudah menjadi kewajiban saudara. Tetapi anak saudara masih saja mengeluh. Sudah saudara belikan sepatu baru merek A, anak saudara melihat sepatu temannya dengan merek B lebih bagus. Lalu anak saudara merengek dan meminta dibelikan sepatu merek B. Sudah punya tas baru dan bagus, masih minta tas seperti temannya yang lebih bagus. Boro-boro untuk mengucapkan terimakasih kepada saudara selaku orang tuanya. Anak ini malah cenderung melawan dan tidak patuh terhadap saudara. Pertanyaannya : Apakah saudara akan menuruti permintaan anak saudara? Mungkin jawabannya bisa jadi diturutin atau tidak diturutin. Saudara mungkin akan menuruti segala permintaan anak saudara dengan beberapa persyaratan. Karena saudara sayang, tentunya saudara tidak mau mempunyai anak yang mebangkang/nakal bukan? Oleh karena itu saudara menyuruh anak saudara untuk merubah sikapnya menjadi anak yang baik. Setelah anak saudara merubah sikapnya menjadi anak yang baik, baru anda penuhi permintaannya bahkan saudara tambah dengan yang lainnya.
Atau saudara tidak memenuhi permintaan-permintaan anak saudara sebagai hukuman. Karena selama ini anak saudara tidak bersyukur. Hal ini dilakukan untuk memberikan pelajaran kepada anak saudara.
Kedua hal itu sah-sah saja saudara lakukan, karena saudara adalah orang tua anak tersebut, saudara paham tentang apa kebutuhan anak tersebut.
Kira-kira seperti itulah ilustrasinya. Semoga kita semua senantiasa menjadi hamba-Nya yang pandai bersyukur.
Sebenarnya masih banyak lagi yang ingin saya tulis tentang Bab Belajar Syukur. Tidak akan cukup dengan tulisan seperti ini, sebab sungguh luas karunia Alloh kepada hambanya. Terima kasih, mohon maaf apabila dalam tulisan ini ada beberapa hal yang tidak berkenan di hati saudara. Kebenaran adalah milik Alloh, kesalahan itu murni dari saya sebagai manusia biasa. Sampai jumpa dalam tulisan berikutnya.

Wssalamu’alaikum warhamatullah wabarakatuh.

Rabu, 02 September 2015

( UYM ) ISTIQAMAH DIBALIK SEDEKAH ADA BANYAK HIKMAH



Apa yang bisa saya sombongin? Doain ya. Beda. Antara sedekah doang dengan tangan sendiri. Sama ngajak juga orang lain bersedekah bersamaan dengan sedekah sendiri. Tambah banyak pahala. Saya kayak orang yang ngerasain kuliner di X, enak. Lalu saya sampaikan. Sedekah ya begitu. Enak banget. Makanya saya kasih tau dan ajak-ajak yang lain.
10-1 bukan 9. Tapi 19.
10-2 = 28
10-3 = 37. Dan berturut-turut, 46, 55, 64, 73, 82, 91.
Dan sesiapa yang sedekah 10, malah jadi 100. Doing is baru percaya.
Apalagi saat sedekah kita bisa dinikmati oleh orang banyak. Tanpa perlu berbuah buat kita pun, sesungguhnya sudah akan mendatangkan kebahagiaan.
Banyak yang diceritain soal keberhasilan. Padahal ga berhasil juga adalah keberhasilan. Cara pandangnya aja yang harus terus belajar positif.
Seorang ayah sedekah untuk bisnisnya. Tapi bisnisnya gagal. Di saat yang sama, istrinya hamil. Setelah lama ga hamil. Berhasil atau gagal jika begini?
Seorang ibu sedekah. Agar suaminya yg diwawancarai, diterima kerja. Pulang malah ditodong orang. Dan ga diterima pula. Kalo gini?
Orang sedekah, supaya selamat pergi dan pulang. Lah, malah pesawat delay berjam-jam. Dan akhirnya batal. Kalo gini? Berhasil atau gagal?
Orang sedekah, supaya diterima di perguruan tinggi negeri. Lah lah laaaaah, ayahnya di PHK. Ekonomi ancur. Plus ga diterima di Perguruan Tinggi Negeri. Terus piye?
Orang ga mau nerima diatur yang terbaik. Maunya caranya ya caranya. Kepengennya, kepengennya. Ga ngerti bahwa Allah sedang ngaturi yang the best.
Gegara suudzon, sedekah dianggap ga hasil. Mana ada sedekah yang ga hasil? Wong baru niat ikutan sedekah produktif aja, dah dibalas Allah.
Bedain. Antara niat. Denga doa. Kalo judulnya, supaya, agar, maka bagi saya, itu adalah doa. Bukan wilayah niat. Niat mah ya niat sedekah.
Sebelum sedekah, boleh minta. Masa setelah sedekah, jadi ga boleh minta, iya kan? Harusnya, setelah sedekah, tambah boleh lagi meminta.
Ngarep, doa, minta, adalah ibadah. Sedekah juga ibadah. Sedekah plus doa, jadi dua ibadah. Doanya banyak? Itu sama dengan ibadah banyak.