Cari Blog Ini

Kamis, 26 Mei 2016

BOS ATAU LEADER

Jakarta, 26 Mei 2016
Cengkareng, Jakarta Barat


Bismillahirrahmanirrahim,
Alhamdulillah puji syukur kita ucapkan kehadirat Alloh SWT, atas segala nikmat dan karunianya sehingga kita semua masih diberikan kesehatan, kesempatan dalam menjalani hari-hari seperti biasa demi menggapai ridhoNya.....
Sholawat serta salam semoga senantiasa selalu tercurahkan kepada junjungan kita Kanjeng Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang Insha Alloh selalu istiqomah di jalan sunnahnya serta mendapatkan syafaatNya di yaumil akhir nanti. aamiin...

Siang dalam suasana malam hari, mengapa saya katakan seperti itu? hehehehe, sebab jam dinding baru menunjukkan pukul 14.15 WIB namun karena cuaca yang mendung dan turun rintik-rintik hujan sehingga siang hari yang biasanya panas menjadi sangat sejuk sebab matahari dengan malu-malu belum terlihat sinarnya.

Hari Kamis ini terasa sangat panjang, tidak seperti hari-hari biasa yang memang dipenuhi rutinitas padat sehingga waktu terasa lebih cepat berlalu. Hari ini masih ada ujian sekolah untuk kelas 6 dengan mata pelajaran PLBJ. Praktis setelah ujian selesai rata-rata dari personil SDN KKA 06  sudah tidak lagi ada tugas rutin, seperti melaksanakan KBM dll, sebab KBM kelas 1 - 5 diliburkan.

Saya masih dalam kesibukan sendiri, maklum saya harus bisa menghandle beberapa pekerjaan dengan waktu yang sama bahkan lebih panjang dari personil-personil yang lain. Beberapa personil ada yang mengadakan nonton bareng film bioskop yang ada di internet, ada yang sedang koreksi hasil ujian anak-anak dan kesibukan-kesibukan lainnya.

Dihadapkan dengan berbagai macam pekerjaan yang sifatnya dateline memang cukup membuat tidak nyaman hati. Saat semangat itu melorot saya selalu ingat apa kata orang tua saya, yang namanya kerja itu harus ikhlas sehingga pekerjaan berat akan menjadi ringan. Itu adalah salah satu kata mutiara dari sekian banyak kata mutiara yang saya dapatkan dari orang tua saya. hmmmm.....
Kata ikhlas yang terbesit pada pikiran saya siang ini mengantarkan saya untuk mengenang memori tentang pimpinan saya Ibunda Afit Fatimah, M.Pd. Mengapa??? sebab saya berfikir beliau sudah banyak memberikan pelajaran hidup kepada saya yang sudah menginspirasi bahkan membekas di hati saya dan keluarga. Pimpinan yang bukan sekedar pimpinan, bisa jadi ibu, guru, sahabat bahkan menjadi teman disaat bergaul. subhanallah......
Tindak tanduk tindik "eh.... gak pake tindik kali yak... hehehehehe
Tindak tanduk beliau dalam kehidupan sehari-hari menjadi pelajaran buat saya pribadi. Bagaimana seorang pimpinan yang memang tidak terlihat ditaktor... namun menyenangkan.
Kemungkinan apabila beliau bukan pimpinan saya saat ini, mungkin rasa jenuh dan malas pada diri saya akan mulai menggerogoti pikiran dan jiwa.

"RUMAH"

Jakarta, 19 Mei 2016
Cengkareng, Jakarta Barat - DKI Jakarta


Mendadak ingin pulang dan memeluk anak dan istri setiba di rumah. Airmata mendesak tumpah. Kalau bukan karena rasa malu ketahuan banyak orang yang begitu besar, sudah kubiarkan tangis itu menjadi isak. Dan kubiarkan tubuh ini diguncang-guncang haru melihat anak-anak itu melepas rindu. Aku membalik badan. Tak kuat melihat anak-anak yang menangis berhamburan ke pelukan ayah-ayah mereka. Sedang ibu-ibu mereka, para istri yang menyengaja datang mengunjungi suaminya tersenyum menenteng oleh-oleh yang dibawa dari luar penjara. Mereka berdiri menunggu sampai suaminya mengarahkan ke tempat mereka akan duduk melepas rindu di taman yang disediakan untuk para pengunjung. Ini pertama kalinya aku berkunjung ke lapas. Bertemu sahabat yang mendiami bui untuk menebus perbuatannya melanggar hukum. Aku bersama tiga orang kawan. Lama menunggu sahabat itu tiba di area pengunjung. Saat itulah haru membuncah dada. Anak-anak yang entah berapa lama tak berjumpa ayah mereka menjerit dan menangis melihat ayah mereka melewati pos pemeriksaan dan pagar besi serupa jeruji. Anak-anak itu melepas pegangan ibu mereka. Berlari dan menghambur ke pelukan ayahnya sambil terisak berkata, “Ayah…” Seketika ingatanku menuju rumah. Kepada anak dan istri. Batinku berdoa, “semoga kami terhindar dari pengalaman serupa.” Setitik dua titik ada juga air mata yang menetes. Aku mengusapnya. Kemudian lelah memenuhi kepala. Menjalari seluruh tubuh. Entah. Aku tak bisa berkata-kata. Sahabat itu belum juga tiba. Aku sangat merindukan rumah. Tergambar rupa rumah yang kami tempati – rumah mertua. Rumah sederhana dengan isi yang biasa-biasa saja. Tak ada barang mewah di dalamnya. Tapi di sanalah taman firdaus itu. Tumbuh di hati kami. Menjadi tawa. Menjadi suka. Menjadi irama yang menggerakkan jiwa menari dan menyanyi dalam segala rasa; bahagia dan derita hanyalah permainan hidup belaka. Sungguh, aku ingin pulang. Memeluk anak dan istri. Mengajak mereka merawat rumah. Menjaga rumah dari celaka yang bisa menimpa siapa saja, bahkan pengelana yang telah berhati-hati sekalipun, terpaksa meninggalkan rumah, bahkan lupa pulang. Karena kita musyafir yang rentan dihinggapi segala bentuk penyakit diri, merawat rumah juga meruwatnya, sebuah kewajiban; merawat laku agar rumah menjelma surga; merawat tingkah saat di luar rumah agar langkah tak enggan mengayun pulang; meruwat jiwa yang lena. Sebab rumah tempat pulang paling sah.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/iben-nuriska/rumah_57468a372023bd5610613709

Mendadak ingin pulang dan memeluk anak dan istri setiba di rumah. Airmata mendesak tumpah. Kalau bukan karena rasa malu ketahuan banyak orang yang begitu besar, sudah kubiarkan tangis itu menjadi isak. Dan kubiarkan tubuh ini diguncang-guncang haru melihat anak-anak itu melepas rindu. Aku membalik badan. Tak kuat melihat anak-anak yang menangis berhamburan ke pelukan ayah-ayah mereka. Sedang ibu-ibu mereka, para istri yang menyengaja datang mengunjungi suaminya tersenyum menenteng oleh-oleh yang dibawa dari luar penjara. Mereka berdiri menunggu sampai suaminya mengarahkan ke tempat mereka akan duduk melepas rindu di taman yang disediakan untuk para pengunjung. Ini pertama kalinya aku berkunjung ke lapas. Bertemu sahabat yang mendiami bui untuk menebus perbuatannya melanggar hukum. Aku bersama tiga orang kawan. Lama menunggu sahabat itu tiba di area pengunjung. Saat itulah haru membuncah dada. Anak-anak yang entah berapa lama tak berjumpa ayah mereka menjerit dan menangis melihat ayah mereka melewati pos pemeriksaan dan pagar besi serupa jeruji. Anak-anak itu melepas pegangan ibu mereka. Berlari dan menghambur ke pelukan ayahnya sambil terisak berkata, “Ayah…” Seketika ingatanku menuju rumah. Kepada anak dan istri. Batinku berdoa, “semoga kami terhindar dari pengalaman serupa.” Setitik dua titik ada juga air mata yang menetes. Aku mengusapnya. Kemudian lelah memenuhi kepala. Menjalari seluruh tubuh. Entah. Aku tak bisa berkata-kata. Sahabat itu belum juga tiba. Aku sangat merindukan rumah. Tergambar rupa rumah yang kami tempati – rumah mertua. Rumah sederhana dengan isi yang biasa-biasa saja. Tak ada barang mewah di dalamnya. Tapi di sanalah taman firdaus itu. Tumbuh di hati kami. Menjadi tawa. Menjadi suka. Menjadi irama yang menggerakkan jiwa menari dan menyanyi dalam segala rasa; bahagia dan derita hanyalah permainan hidup belaka. Sungguh, aku ingin pulang. Memeluk anak dan istri. Mengajak mereka merawat rumah. Menjaga rumah dari celaka yang bisa menimpa siapa saja, bahkan pengelana yang telah berhati-hati sekalipun, terpaksa meninggalkan rumah, bahkan lupa pulang. Karena kita musyafir yang rentan dihinggapi segala bentuk penyakit diri, merawat rumah juga meruwatnya, sebuah kewajiban; merawat laku agar rumah menjelma surga; merawat tingkah saat di luar rumah agar langkah tak enggan mengayun pulang; meruwat jiwa yang lena. Sebab rumah tempat pulang paling sah.

Rabu, 18 Mei 2016

MOTOR TUA YANG MASIH GRESS....

Jakarta, 19 Mei 2016
Cengkareng, Jakarta Barat - DKI Jakarta

Eko Dody Nugroho, S.Pd

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Alloh, yang masih memberikan keberkahan dan kebaikannya sehingga kita semua masih bisa menjalankan segala aktivitas kita dengan keaadaan sehat wal afiat serta penuh semangat.
Shollu Ala Muhammad.. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabatnya, serta para pengikutnya yang Insha Alloh selalu istiqomah dijalannya dan mendapatkan safaat di yaumil akhir nanti.. amiin..

Judul yang menarik "Motor tua yang masih gress", suatu ketika ada sebuah motor tua berwarna merah tahun 50an dengan merk honda. Motor masih dalam keadaan baik, bahkan tenaga dan tarikannya masih seperti motor baru. Dalam benak saya pun bertanya, "koq bisa ya?" motor tahun 50an di tahun 2016 ini masih dalam kondisi baik. Sedangkan banyak motor muda yang notabene kekinian yang mengusung fitur-fitur lebih baik dengan merk ternama namun setelah 1 - 3 tahun pemakaian sudah banyak masalah. Mulai dari remnya, rantai, keadaan ban, lampu, bahkan sampai ke mesinnya. Banyak motor kekinian juga yang sudah tidak layak jalan, hanya knalpotnya saja yang bising, sedangkan untuk dipakai terlihat tarikannya agak berat bahkan cenderung loyo dan akhirnya pun rusak/mogok. weleh-weleh....

Motor tua tahun 50an ini terlihat masih sangat gress. Karena saya penasaran, saya pun bertanya kepada pemiliknya bagaimana cara perawatannya. Sebab saya punya motor tahun 2008 merk honda saat ini sudah terlihat loyo dan kendor. hehehehehehe....
Pemiliknya pun bercerita, motor tua tahun 50an ini masih gress karena pemilik tersebut memiliki rasa syukur yang sangat besar. lho koq??? maksudnya piye toh mas??? ia karena rasa syukur itu yang membawa motor ini tetap bisa berfungsi seperti baru.
Bentuk rasa syukurnya seperti apa yak?? bingung saya jadinya ni....????
Setelah bercerita panjang lebar dengan pemilik motor tersebut saya bisa ambil kesimpulan. Ternyata pemilik motor tersebut mempunyai apresiasi yang tinggi terhadap motor tuanya. Karena apresiasinya yang tinggi, maka pemilik motor tersebut tidak segan-segan untuk memakai motor tersebut ke pasar, keliling kompleks bahkan untuk berangkat bekerja sehari-hari. Takjub saya mendengarnya, mungkin kalau saya pribadi yang memiliki motor tersebut, saya tidak akan bisa melakukan apa yang dilakukan pemilik motor tua tersebut. Saya lebih nyaman jika motor tua tersebut tetap di garasi, sambil saya tengokin 3 hari sekali, 1 minggu sekali, bahkan 1 bulan sekali. Karena saya tidak akan tega untuk memakai motor tua tersebut untuk menemani kegiatan saya sehari-hari, seperti berangkat kerja dan lain-lain. Pikiran negatif saya pun terlintas bahwa ketika saya harus memaksakan motor tua tersebut untuk mengantarkan saya bekerja atau sekedar mengantarkan saya ke tempat-tempat tertentu, saya khawatir akan terdapat berbagai macam masalah. Mulai dari rem blong, lampu tidak menyala, mesin mengalami gangguan, bahkan sampai mogok. Duhhh repot dah kalau harus dorong motor tua, sedangkan saya harus berpacu dengan waktu untuk bergegas bekerja atau kegiatan-kegiatan lain. Namun pemikiran sang pemilik motor tua tersebut berbeda dengan saya. Dengan bangganya beliau bercerita tentang filosofi motor tua miliknya. Gini lho mas.. *logat beliau menjelaskan ke saya, kalau kita bersyukur maka otomatis motor tua ini akan kita sayangi dengan sepenuh hati. Rasa sayang itu akan terwujud dengan cara kita mengapresiasi motor tua ini, salah satu contoh jangan motor tua ini malah dibatasi ruang geraknya, jangan hanya di taruh di gudang atau bagasi. Pakai motor tua tersebut untuk menemani kegiatan kita sehari-hari. Justru dengan kita pakai motor tersebut, maka segala fitur motor tua tersebut akan berfungsi seperti fungsinya masing-masing. Lampu utama, lampu sen, klakson, mesin, knalpot semua berfungsi dengan baik, kenapa bisa begitu?? jawabannya adalah karena kita pakai, sehingga kita tau, kita merasakan, jikalau terdapat kerusakan ringan bisa kita perbaiki segera tanpa menunggu kerusakan berat datang dengan cara perawatan rutin. Terdapat nilai plus adalah ketika motor tua ini berada di jalan raya. Menggunakan fasilitas jalan raya yang sama namun dengan keadaan motor yang berbeda. Tentunya yang namanya jalan raya pasti terdapat banyak merk kendaraan bermotor dengan variasi tahun-tahun pembuatan yang tidak terlalu tua *maklum hari gini masih pakai motor tua???? sedangkan kredit motor banyak dan mudah, dengan bermodal uang 500 ribu + KTP + KK sudah bisa mendapatkan kredit motor dari dealer dengan merk yang bagus pula dan tentunya kekinian motornya. Tapi tidak dengan motor tua tersebut, motor yang masih dalam keadaan gress berjalan di jalan raya, bisa dipastikan akan menjadi pusat perhatian pengguna jalan yang lain. Mereka pasti bertanya-tanya juga di dalam hati.... "Gile bener motor tua tahun 50 an ini masih bisa jalan dan tarikannya masih oke, perawatannya kayak gimana yak??? hahahahahaha
Mereka juga pasti akan termotivasi dengan keadaan motor tua tersebut. Mereka yang membawa motor kekinian akan terpaku dan bertanya-tanya pada dirinya. "Kenapa motor ane yang baru malah banyak masalah yak?? bahkan sering mogok". Mereka pasti juga akan terinspirasi untuk bisa tampil lebih baik lagi dengan cara merawat motor mereka agar bisa seperti motor tua tersebut.
Motor tua yang memberikan semangat, memberikan motivasi, memberikan inspirasi.

Filosofi motor tua ini mengantarkan saya kepada sebuah kisah, Alhamdulillah saya diberikan amanah sebagai pengawas ruang USMBD *ujian nasional tingkat sd. Mulai dari Senin s.d Rabu Tanggal 16 - 18 Mei 2016 di SDN Kedaung Kaliangke 09 petang dengan keadaan Ruang Ujian sebanyak 2. Metode mengawas USMBD ini adalah 1 ruang dengan 2 pengawas, terdapat 4 orang pengawas yang masing-masing secara bergantian akan mengawas di ruang ujian tersebut. Hampir tidak ada yang spesial karena memang sudah biasa kalau cuma mengawas aja mah.... hehehehehehe
Sampai tiba di hari Selasa, 17 Mei 2016 saya mengawas di ruang 2 bersama Ibu Siti Rahayu, S.Pd.I. Ada hal yang menarik pada hari tersebut karena saya baru tau bahwa Ibu Siti Rahayu, S.Pd.I ini melaksanakan tugas negara sebagai pengawas ruang USMBD yang terakhir. Kenapa bisa begitu?? terjadilah perbincangan di ruang pengawas dengan Bu Siti, ternyata memang tahun ini Bu Siti memasuki Purna Bakti/Pensiun. Subhanallah masih semangat ya bu?? hehehe ujar saya kepada beliau karena memang dalam hati saya pun termotivasi. Kalau yang sudah memasuki masa pensiun saja masih semangat, lalu kenapa saya yang masih muda koq kendor... hehehehe
Jam 7.45 WIB seluruh pengawas ruang memasuki ruang ujian sesuai jadwalnya masing-masing. Terlihat Bu Siti yang sudah sepuh tersebut naik tangga dengan tertatih-tatih. setiap 2 anak tangga pasti berhenti untuk sekedar mengembalikan kondisi lutut dan kakinya. Selesai sudah manapaki tangga 1 per 1, tibalah di lorong lantai 2, terjadi perbincangan kecil saya dengan Bu Siti, Bagaimana bu kondisi kakiny?? saya bertanya kepada Bu Siti, sambil mengambil nafas yang dalam beliau menjawab "Alhamdulillah mas, masih bersyukur bisa berjalan, walaupun lutut saya terasa ngilu setelah naik tangga tadi". Dengan penuh antusias kami segera menuju ke ruang 2 yang berada di ujung lorong. Sesampainya di ruang ujian tersebut kami mendapatkan sambutan berupa salam dan do'a dari peserta ujian. Kemudian kami buka amplop yang berisi soal ujian, lembar jawaban komputer, berita acara, daftar hadir dan fakta integritas. Saya pun inisiatif sebagai anak muda untuk keliling membagikan lembar jawaban komputer dengan tujuan anak-anak agar dapat mengisi identitasnya. Belum selesai saya membagikan lembar jawaban komputer, Bu Siti segera membagikan soal kepada siswa dan diletakkan di meja dalam keadaan tertutup. Sambil memberikan instruksi kepada peserta ujian untuk tidak membuka soal sebelum bel berbunyi pukul 08.00 WIB. Padahal saya tau Bu Siti masih merasakan ngilu pada lututnya, terlihat jelas dari ekspresi wajah beliau yang masih menahan sakit. Masya Alloh Bu Siti lagi-lagi memberikan pelajaran kepada saya tentang tanggung jawab, mengabaikan kepentingan pribadi untuk kepentingan orang yang lebih banyak. Selesai membagikan lembar jawaban komputer dan soal, lanjut kami mengerjakan berita acara, daftar hadir serta fakta integritas. Saya sengaja mengumpulkan semua berkas untuk saya tulis sendiri, karena hati kecil saya bicara, sudah cukup Bu Siti biar beliau istirahat. Tetapi belum saya tulis semua berkas beliau sudah bertanya "mana mas berkas-berkasnya biar saya tulis" saya pun sedikit terdiam dengan semangat beliau, "Sudah bu biar saya saja yang menulis" jawab saya. Namun dengan penuh semangat beliau berkata "sudah mas, sini kan setengah biar saya bantu, saya tidak terbiasa melaksanakan tugas setengah-setengah, sudah bersyukur mas saya diberikan kesehatan, jadi saya harus bisa melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi orang banyak". Subhanallah lagi-lagi saya mendapatkan pelajaran berharga dari beliau. Selesai menulis berkas-berkas saya datangi peserta ujian 1 per 1 untuk melihat lembar jawaban komputernya sudah terisi identitas secara benar atau belum. Sementara Bu Siti yang tadinya hanya duduk melepas lelah, beliau pun ikut berdiri dan memeriksa lembar jawaban komputer dari sisi/barisan yang lain. Masya Alloh.... Sudah tua dan sudah memasuki masa persiapan pensiun, seharusnya istirahat namun masih mengemban tugas yang berat, menjadi pengawas ruang USMBD. Mengapa saya katakan berat? sebab apabila terdapat kesalah peserta ujian dalam mengisi identitas, lembar jawaban rusak, maka yang bertanggung jawab adalah pengawas ruang. Beliau mengajar di SDN Kedaung Kaliangke 07 Petang, rumah beliau berada di Taman Kota Kelurahan Kembangan Utara. Sehari-hari beliau menuju sekolah dengan menggunakan sepeda motor. Dalam kegiatan belajar mengajar di hari biasa, beliau berangkat pukul 09.00 WIB dan pulang pukul 05.30 WIB. Sungguh perjuangan yang tak ternilai harganya dengan apapun. Dalam hati saya berdoa semoga Alloh senantiasa memberikan kesehatan dan keberkahan selalu kepada Ibu dan Keluarga.

Terdapat beberapa hal pelajaran yang saya dapat dari 2 kisah di atas. Tua memang takdir dari Alloh yang tidak bisa dirubah. Namun semangat harus tetap terpelihara dalam menjalankan kewajiban demi meraih keberkahan dari Alloh SWT. Tua jangan dijadikan penghalang atau dibatasi ruang geraknya. biarkan mereka yang Tua berbuat sesuatu. Jika yang Tua bisa berbuat, jika yang Tua bisa melalukan sesuatu, Jika yang Tua semangat, Jika yang Tua memberikan inspirasi, Bukan sebagai bos namun sebagai leader yang membimbing. Maka kami yang muda pun pasti akan termotivasi untuk bisa lebih baik, terbakar semangat untuk belajar. Sesungguhnya kami yang Muda belajar dari apa yang kami lihat pada yang orang Tua.